- Ditulis oleh Samuel Glenn Voerman, drs
- Dilihat: 8396
Bekerja Dengan Kristus

Bekerja dalam Kasih (Seri Pertama)
Untuk apa kita bekerja?
Dalam kehidupan kita mungkin lebih dari 40% waktu saat kita siuman dihabiskan untuk bekerja. Dalam durasi waktu itu ada rasa frustasi dan ada kepuasan,
tergantung bagaimana kita menempatkan pekerjaan kita dalam keseluruhan hidup kita. Melalui tulisan ini kita akan pelajari sejumlah masalah dasar dan kritis yang dihadapi orang Kristen dalam tempat kerjanya seperti :
√ Keadaan yang tidak menyenangkan
√ Arti dan tujuan bekerja dalam hidup
√ Mengganti pekerjaan. Perlukah? Kapan?
√ Managing Your Time atau Be a Time Slave?
√ Menetapkan ambisi yang realistis
Melalui tulisan ini kita tentunya ingin memiliki pandangan praktis terhadap setiap masalah yang menyerang kita setiap hari. Sebuah pertempuran antara pekerjaan, kebutuhan keluarga dan pelayanan pribadi; bagi setiap orang yang bekerja untuk hidup.
Frustasi dan Tantangan
Bekerja adalah sebuah kegiatan yang dilakukan terus menerus oleh manusia. Manusia mempunyai pandangan sangat variatif seiring dengan kemajemukan manusia dalam rasa dan sikap. Sebagian mereka mencintai pekerjaannya dan terdorong untuk melakukan lebih banyak pekerjaan, terpesona dengan kemungkinannya, terserap oleh tantangannya. Mereka dikategorikan sebagai orang yang hidup untuk bekerja. Sebagian yang lain menyukai kerja tapi sekedarmenerimanya sebagai suatu tuntutan kehidupan, merasakannya sebagai sesuatu yang berat, membosankan. Mereka bangun pagi, berangkat kerja dengan enggan, sering tunduk pada atasan-atasannya yang tidak adil, kondisi kerja yang tidak manusiawi dan tugas-tugas yang tidak menarik. Mereka ini dikategorikan sebagai yang bekerja agar sekedar mencari nafkah.
Dalam dunia pekerjaan akan sering kita temui kegagalan, keberhasilan, takut, penuh pengharapan, kebosanan, tantangan, konflik, keserasian, keadilan dan ketidak adilan. Dalam perjalanan pekerjaan (perjalanan karir) hal ini akan menjadi ‘makanan sehari-hari’ . Bila kita berkarir maka kita tentu tidak jarang mengalami hal-hal yang tidak kita duga ataupun yang tidak kita harapkan.
Kehidupan kerja penuh dengan dilema serta kontradiksi. Lapangan kerja dan dunia memperhadapkan kita dengan diri kita sendiri, mengungkapkan segi segi keberadaan kita yang tidak suka kita lihat. Kita melihat kerakusan dan ambisi, kesombongan dan kemarahan, kekecewaan dan keraguan, semuanya memunculkan kepalanya yang buruk; sementara pada saat yang sama kita ingin menyaksikan buah Roh yang sebenarnya bertumbuh dalam kehidupan kita. Karena itu rasa bersalah dan nurani mulai menguras kita secara emosional dalam usaha kita yang sia-sia yang memenangkan pertempuran yang tidak putus-putusnya antara aspek-aspek kehidupan yang sekuler dan yang rohani. Sedikit saja yang bisa kita temukan orang orang yang benar-benar puas dengan pekerjaan mereka; sedikit saja yang tahu bagaimana pekerjaan bisa masuk mengisi sisa hidup mereka. Sedikit juga mereka yang gandrung pada pekerjaan dan tetap memberi waktu dan perhatian penuh pada keluarganya.
Kita menghabiskan sebagian besar dari masa dewasa kita untuk bekerja, tetapi sebanyak waktu itulah kita mengalami konflik dalam pekerjaan. Pekerjaan yang terlalu sulit atau terlalu membosankan. Terlalu menuntut atau tidak menantang. Kalau bukan bayaran terlalu rendah, maka masalahnya adalah pekerjaan yang menuntut terlalu banyak waktu. Keadaan semakin parah bila seorang Kristen konon seharusnya menikmati kehidupan dan tidak punya masalah dan keprihatinan yang umum, pada kenyataannya jelas bahwa orang-orang Kristenpun punya rasa takut, hutang-hutang yang berkepanjangan, konflik dalam kerja, ambisi untuk melebihi orang lain; kehausan akan kebebasan financial yang lebih besar bahkan keinginan akan sedikit kenikmatan akan hidup mewah. Ditengah keadaan seperti ini kita ingin menemukan jawaban alkitabiah dan praktis terhadap persoalan tempat pekerjaan dalam keluarga dan pelayanan. Masalahnya tidak dapat dipecahkan dengan terjun total 100% kedalam pelayanan Kristen; karena akan menjadi pelayananpun pekerjaan. Bila kita tidak dapat menggabungkan dengan baik kehidupan Kristen kita dengan tugas sekuler kita maka hampir pasti kita tidak akan berhasil dalam panggilan pelayanan Kristen.
Selanjutnya kita perlu mendefinisikan password K2P guna menyatukan pandangan umum kita tentang tulisan ini selanjutnya:
KERJA Tugas atau kemahiran yang merupakan sumber utama penghasilan keuangan kita.
KELUARGA Istri atau Suami anda, anak-anak, dan kegiatan yang muncul dari tanggung jawab anda terhadap mereka.
PELAYANAN Merupakan jangkauan rohani anda kepada orang-orang di luar keluarga anda; mungkin lewat gereja, lingkungan tempat tinggal, organisasi Kristen atau usaha-usaha yang secara pribadi telah anda atur.
Kemudian di dalam lapangan kerja, ada berbagai pertanyaan dan persoalan yang menantang dan menghantui orang-orang Kristen seperti :
√ Saya nggak suka pekerjaan saya, saya tidak dapat mengubahnya karena keterbatasan latar belakang pendidikan. Saya harus bagaimana?
√ Saya ingin bekerja baik tapi saya tidak ingin “menjual jiwa saya” pada perusahaan saya. Caranya gimana?
√ Saya merasa bersalah karena bekerja di bidang secular sementara tahu bahwa saya bisa melayani di ladang misi. Saya mesti gimana dong?
√ Dilema antara waktu yang dihabiskan di tempat kerja saya di mana 20 jam per minggu diluar jam kerja, saya harus memenuhi penugasan atasan saya; hingga saya mungkin membuat keluarga saya sedih. Haruskah saya berhenti kerja?
√ Saya tahu bila saya tidak melakukan pekerjaan saya dengan baik, bakal ada 10 orang yang mengantri di belakang saya siap mengambil pekerjaan saya. Saya takut dan cemas. Gimana saya mengatasi rasa cemas ini dan percaya 100% pada Tuhan Yesus?
√ Setelah bekerja kira-kira 40 jam seminggu lalu menghadiri 3 sampai 4 kali rapat gereja dan melaksanakan tanggung jawab kegerejaan. Wah,… saya nggak punya waktu lagi untuk keluarga. Gimana dong?
√ Gimana sich caranya mengambil keputusan untuk ganti pekerjaan atau pindah kerja?
√ Ambisius itu salah nggak sih?
√ Bekerja keras untuk membeli hal-hal yang menyenangkan keluarga itu salah nggak ya?
√ Kayaknya untuk menjadi orang tua yang baik, karyawan yang baik, dan orang Kristen yang berhasil kelihatannya membutuhkan 100 jam tambahan setiap minggunya. Bisa nggak tuh?
√ Saya cuma buruh pabrik. Ada nggak sih manfaat saya bagi Kerajaan Allah?
Semakin kita menggumuli tulisan ini, melalui prinsip-prinsip alkitabiah dan praktis, maka anda secara pribadi dapat mencari kehendak Allah dan mendapatkan jawaban dari 11 pertanyaan di atas tadi.
Masyarakat dari Kacamata Kristen
Masyarakat menjadi “Kristen” hanya bila anggota-anggotanya menjadi Kristen dan berlipat ganda. Maka merekapun akan mampu mewarnainya dengan pandangan-pandangan Kristen tentang pemerintahan, dunia usaha, ekonomi, politik dan etika. Tetapi hal itu tidak akan terjadi kalau orang-orang Kristen menjauhkan diri dari masyarakat. Kita perlu berada di dalam dunia, tetapi tidak mengikuti dunia. (Roma 12:2) Sesungguhnya kehendak Allah atas masyarakat manusia adalah :
√ Memuliakan Dia dalam seluruh ciptaan (Mazmur 19:1-6)
√ Menetapkan wewenang dan keteraturan (Ulangan 16:18-20)
√ Menetapkan konsep keadilan dan hubungan antar manusia (Keluaran 20:7)
√ Memberkati seluruh umat manusia melalui janjiNya pada (Kejadian 12:3)
√ Abraham yang digenapi dalam Tuhan Yesus Kristus. (Kejadian 1:29-30)
√ Memenuhi kebutuhan jasmani manusia (Ulangan 15:2-14)
Dengan demikian Allah menetapkan masyarakat sebagai alatNya untuk mewujudkan segala hubungan manusia. Masyarakat Kristen merupakan lingkungan yang di dalamnya Tuhan Yesus berhadap-hadapan dengan manusia. Masyarakat manusia adalah mekanisme yang dengannya setiap iinsan manusia hidup dan menjalankan peran dan fungsinya. Dalam proses ini Allah berhadap-hadapan dengan setiap individu manusia dan meminta pertanggung jawabannya akan tujuan hidupnya serta hotline nya alias hubungan pribadinya dengan Kristus.
Allah menggunakan perangkat utama untuk menghadapi manusia dengan pernyataan-pernyataanNya :
Pernyataan Umum melalui Ciptaan; kuasa dan kemuliaan Allah yang ditampilkan dalam ciptaan, menarik manusia untukmencariNya. (Roma 1:19-20)
Pernyataan Khusus melalui Alkitab; Alkitab merupakan bukti ‘keras’ utama atau hard prove yang kita miliki tentang rencana Allah bagi umat manusia baik secara individu maupun secara menyeluruh dalam masyarakat. Kita memelihara Alkitab dan pesanNya sebagai bagian utuh di dalam kita menghadapi masyarakat.
Pernyataan Pribadi melalui Kesaksian; orang Kristen secara individu yang membagikan iman mereka. Orang lain mungkin menolak penciptaan dan Alkitab, tetapi mereka tidak dapat menolak bukti yang hidup dari kehidupan dan pengalaman seseorang.
Masyarakat mempertahankan kelanjutan umat manusia. Masyarakat manusia dapat melanjutkan danmempertahankan dirinya sendiri. Setiap orang ikut ambil bagian dalam kelanjutan hidup orang lain. Bayangkan sejumlah keluarga yang melakukan fungsi-fungsi tertentu bagi sesamanya. Masyarakat secara ilahi dijadikan Allah guna mempertahankan manusia ciptaanNya. Peran kita adalah melalui aktivitas kita di dalam masyarakat, akan memungkinkan kita mencapai orang lain bagi Kristus.
Brand Image ‘KRISTEN’
Masyarakat merupakan konteks untuk kesaksian. Kita adalah bagian penting dari rencana Allah untuk menjangkau masyarakat luas yang belum kenalan sama Yesus Kristus. (Matius 5:13-16). Demikianlah Allah ingin orang-orang Kristen menyebar diseluruh lingkungan, lembaga dan bidang pekerjaan. Orang orang yang belum Kristen harus bisa merasakan Kristus dengan mengamati pekerjaan dan kehidupan kita. Orang perlu melihat Kristus di dalam kita melalui cara kita bekerja, bertindak dan bereaksi. Bila kita menyembunyikan diri sebagai orang Kristen, kemungkinan akan menjalani kemacetan rohani. Salah satu dari maksud utama dalam melaksanakan pekerjaan anda sebaik-baiknya adalah menarik perhatian orang lain kepada Allah Bapa dalam Yesus Kristus, bukan pada diri kita sendiri. Biarkan orang lain merasakan dan melihat Kristus dalam diri dan keseharian kita.
Garamilah masyarakat dengan cita rasa Kristus, hingga orang merasa haus akan Dia; dan biarkan mereka melihat Kristus dalah diri kita sementara kita hidup dan bekerja.
Kita adalah orang –orang pilihan; ada suatu brand image dan tanggung jawab khusus pada Kita. Kita tidak bisa menjadi sekedar pekerja biasa. Kita ini BSP (bukan sembarang pekerja). Rasul Paulus mengatakan: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kolose 3:23). Kita mewakili Yesus Kristus bagi dunia; bukan sekedar lewat kata-kata dan moralitas kita, tetapi juga melalui pekerjaan kita. Bila kita menjadi garam dan terang dunia maka kita harus pula menjadi garam dan terang dalam bidang pekerjaan kita.
Dapatkah seorang Kristen benar-benar mengubah masyarakat meski sebagian saja? Ada contoh true story yang hebat di sini:
Luming adalah seorang wanita Philipina berusia tigapuluh tahunan, feminis dan tidak macho :p, cantik dan bersahaja. Ia seorang arsitek yang baik, yang bekerja untuk pemerintah. Baru-baru ini dia ditugasi oleh departmen PU yang merancang semua sekolah dan gedung pemerintah di provinsi Rizal, Setelah dirancang, proyek-proyek itu harus diserahkan pada departemen PU untuk ditawarkan dan dibangun.
Atas inisiatif dan kepentingan pribadinya, ia mengikuti perkembangan serangkaian bangunan yang dirancang untuk dibangun disebuah wilayah penimbunan. Dia memperhatikan bahwa kontrak tersebut dibuat dengan biaya yang jauh lebih rendah dari rencana semula. Luming menulis memo kepada atasannya, tapi dia diberitahukan, “Jangan ikut campur!”. Tetapi sebagai seorang Kristen yang saleh dan seorang warga negara yang bertanggung jawab, Luming merasa ini urusannya. Luming meninjau tempat yang akan dibangun dan menemukan kontraktornya telah memindahkan bangunan itu ke tempat lain yang tidak membutuhkan timbunan tapi itu bukan tanah pemerintah. Hal ini memungkinkan sang kontraktor menawar lebih rendah dan mengantongi sejumlah besar uang. Dia menghubungi sang kontraktor dan menyuruhnya menghentikan pembangunan tersebut. Kontraktor itu menyuruhnya agar tidak ikut campur karena itu bukan urusannya. Jelas sejumlah pegawai pemerintah ikut menikmati keuntungannya.
Kemudian Luming mengirim sepucuk surat kepada Gubernur. Surat itu kembali padanya sebelum sampai ke tangan Gubernur dengan peringatan bahwa bila ia berkeras mengirimkan memo tersebut, saudara lelakinya akan dipecat. Luming kemudian membicarakan situasi dan ancaman itu kepada saudara lelakinya yang juga takut akan Tuhan, lalu mengirimkan kembali memo itu. Dia dipanggil Gubernur untuk menjelaskan masalahnya kepada Gubernur dan kontrak itupun dibatalkan. Saudara lelakinya memang dipecat, dan Luming diperingatkan oleh teman-teman di kantornya bahwa bila ia berkeras dengan kejujuran seperti ini, ia tidak akan naik pangkat.
Tapi Luming memilih setia pada Allah dengan kesadaran bahwa dirinya akhirnya akan bertanggung jawab padaNya. Departemennya tidak membiarkan transaksi-transaksi yang tidak jujur, karena pengaruh seorang wanita yang mendasarkan pekerjaannya pada prinsip-prinsip Allah.
Ironisnya Luming dinaikkan pangkatnya dan menjadi Kepala Bagian yang bertugas menangani pembangunan rumah murah dengan sub-sub bagiannya diseluruh provinsi Rizal. Diapun memegang tanggung jawab kedua sebagai Assisten pada Kantor Kepala Eksekutif Gubernur. Luming telah mengubah masyarakatnya dengan menunjukkan campuran yang unik dari keahlian professional dan kesetiaannya kepada Allah.
Bagaimana dengan kita? Bisa nggak kita berani seperti mbak Luming ?
NANTIKAN SERI KEDUA BEKERJA DENGAN KRISTUS DENGAN TEMA KESAKSIAN DALAM KERJA DI MANA KITA AKAN BERKENALAN DENGAN SUKMA DAN GATOT.