A+ A A-

MELIHAT DAN MENDENGARKAN

MINGGU EPIFANI VII (Bacaan Alkitab: Markus 9: 2-8)

Banyak peristiwa yang terjadi di depan mata kita. Kadangkala peristiwa yang kita saksikan itu dibiarkan berlalu begitu saja karena kita menganggapnya tidak penting, apalagi jika tidak ada sangkutpaut nya dengan diri kita atau tidak membawa keuntungan apapun. Kita baru tertarik dengan suatu peristiwa jika peristiwa itu memberi makna an manfaat yang mendalam bagi kehidupan kita.

Di depan mata Petrus, Yakobus dan Yohanes, mereka menyaksikan suatu peristiwa yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Yesus tiba-tiba berubah rupa. Sesuatu yang sangat “mengherankan” tetapi juga bisa “menakutkan” karena saat itu mereka sendirian bersama Yesus di puncak gunung. Pakaiannya pun berubah menjadi sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorangpun di dunia yang dapat mengenakan pakaian seperti itu. Kemudian tampaklah Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.

 

Apa yang dilihat para murid tidak akan berlalu begitu saja karena peristiwa itu mempunyai arti tersendiri. Perubahan rupa Yesus menjelaskan bahwa jika tiba saatnya, Yesus akan berubah dari rupa manusiawi (sebagai manusia) menjadi rupa sorgawi (sebagai Tuhan). Peristiwa tersebut menjadi suatu tanda yang menunjuk kepada pemuliaan yang akan menyusul dalam kebangkitan Kristus. Kebangkitan itu sendiri akan didahului oleh penderitaan. Jadi apa yang dilihat itu adalah pertanda bahwa akan datang zaman baru di dalam Yesus. Dia yang tegak berdiri di hadapan murid-murid-Nya dengan segala kecemerlangan-Nya, Dia jugalah yang akan datang dalam dunia baru yang penuh anugerah. Dialah Mesias seperti yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Untuk itu kehadiran Elia dan Musa dapat dipahami sebagai mewakili Perjanjian Lama, sekaligus untuk menegaskan keberadaan Yesus sebagai penggenapan Mesias itu. Walaupun semuanya masih terselubung dalam suatu penglihatan yang berlangsung sesaat kemudian ditutupi awan, tetapi akan menjadi nyata setelah kebangkitan-Nya.

Ketika awan menaungi mereka, dari dalam awan itu terdengar suara : “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”. Ucapan “Inilah anak yang Kukasihi” menegaskan persekutuan antara Allah dengan Yesus. Persekutuan yang ditandai dengan kasih dan ketaatan. Dengan demikian dalam pelayanan-Nya di dunia Yesus tidak pernah bertindak atas dasar kemauan-Nya sendiri tetapi Dia datang bertanya tentang apa yang Allah, Bapa-Nya kehendaki untuk Dia lakukan. Ia menyerahkan semua rencana dan maksud-Nya kepada allah karena semua yang dikerjakan-Nya berasal dari Allah dan sesuai dengan kehendak Allah Bapa-Nya. Sedangkan ucapan “dengarkanlah Dia” ditujukan kepada murid-murid-Nya yang saat itu bersama dengan Dia maupun orang-orang yang kemudian percaya oleh pemberitaan para murid. Mengapa Yesus harus didengarkan? Karena Dia adalah anak allah, Mesias yang dinubuatkan. Dia datng ke dunia untuk melaksanakan karya penyelamatan Allah untuk manusia dan dunia. Mendengarkan Yesus berarti percaya dan mentaati semua yang difirmankan-Nya. Para murid tidak hanya diberi kesempatan untuk melihat peristiwa Yesus berubah rupa atau dimuliakan di puncak gunung, tetapi mereka juga diarahkan untuk mendengar dan mentaati apa yang dikehendaki-Nya.

Pemahaman di atas membawa kita untuk memperhatikan dua catatan praktis. Pertama, tiga orang murid yang melihat bagaimana Yesus berubah rupa atau dimuliakan, menjelaskan bahwa apa yang menjadi maksud dan kehendak Allah di dalam diri Yesus sudah diperlihatkan kepada murid-murid-Nya. Mereka sudah dipersiapkan untuk memahami jika saatnya tiba mereka tidak kaget dan tidak meragukan keberadaan Yesus sebagai Mesias yang menderita, mati dan bangkit.

Dalam kehidupan kita, seringkali Allah memberi kesempatan kepada kita untuk “melihat secara rohani” maksud dan kehendak-Nya. Tetapi seringkali kita tidak menggunakan kesempatan itu, hingga kesempatan itu berlalu begitu saja. Mengapa? Karena kita salah melihat. Perhatian dan pandangan kita lebih banyak tertuju kepada hal-hal duniawi saja. Akibatnya kita tidak dapat memahami apa maksud dan kehendak Tuhan bagi kita.

Kedua, jika kita telah “melihat secara rohani” apa yang menjadi kehendak Allah dalam hidup kita, maka langkah selanjutnya adalah senantiasa mendengarkan apa yang difirmankan-Nya. Tentu saja ketika kita diminta untuk mendengarkan Kristus berarti juga kita diharapkan supaya sungguh-sungguh percaya dan mentaati firman-Nya. Seringkali kita hanya “dengar” dan bukan “mendengarkan”. “Dengar” bisa berarti sambil lalu saja, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sedangkan “mendengarkan” berarti menyimak dan memahami dengan benar. Dalam tuntunan Roh Kudus kita tidak hanya melihat dan mendengarkan tetapi juga harus menyaksikan apa yang telah dilihat dan didengarkan kepada orang lain supaya Kristus dimuliakan.