A+ A A-

  • Dilihat: 1441

“PEMIMPIN YANG DIPERKENANKAN TUHAN"

MINGGU X SESUDAH PENTAKOSTA

BACAAN ALKITAB: II Samuel 2 : 1 - 7

“...dan aku telah diurapi oleh kaum Yehuda menjadi raja atas mereka (ayat 7)"

Siapa yang tak mau menjadi presiden? Menjadi presiden pastilah sesuatu yang diinginkan banyak orang, karena presiden adalah seseorang yang memiliki kekuasaan besar dan bertanggungjawab atas kehidupan banyak orang. Sudah tentu kehormatan, pengharapan dan berbagai fasilitas lain, akan dimiliki presiden. Tetapi justru karena banyaknya kekuasaan dan tanggungjawab itulah yang membuat menjadi presiden bukanlah sesuatu yang gampang sehingga asal mau saja bukanlah alasan yang baik untuk menjadi presiden. Demikian pun halnya menjadi pemimpin. Bertanggungjawab atas kehidupan banyak orang itulah yang membuat jabatan seperti presiden atau pemimpin itu bukanlah sesuatu yang gampang. Tanggungjawab sebesar itulah yang membuat menjadi pemimpin tidak boleh sekadar dilihat hal-hal yang menyenangkan saja. Tuhan berkepentingan dengan jabatan itu. Tanggungjawab atas manusia lain juga menjadi urusan Tuhan. Tuhan mengasihi semua manusia, siapa pun dia, apa pun rasnya, dan dimana pun dia berada.  Alkitab mencatat bahwa jeritan orang-orang tertindas atau orang-orang miskin selalu mendapatkan perhatian Tuhan. Itu yang terjadi dengan bangsa Israel. Mereka bisa keluar dari Mesir karena Tuhan mendengar jeritan mereka.

Itulah yang Daud lakukan dengan tepat. Ketika Saul telah tiada dan Daud adalah satu-satunya orang yang akan menggantikan Saul sebagai raja, Daud tidak dengan serta merta mengambil kekuasaan itu. Ia bertanya pada Tuhan dulu, apakah dia harus menjadi raja? Tuhan menjawabnya “Pergilah”. Daud telah mendapatkan perkenan Tuhan. Daud tidak menyabet begitu saja kekuasaan besar itu. Daud meminta perkenan Tuhan karena Tuhan berkepentingan atas kehidupan manusia yang akan menjadi tanggungjawab Daud nanti. Setelah Tuhan berkenan, barulah Daud menjadi raja. Daud tidak akan menjadi pemimpin bagi diri atau keluarganya sendiri.

Oleh karena itu, setiap orang yang ingin menjadi pemimpin haruslah melibatkan Tuhan dalam proses itu. Ketika Tuhan berkenan, maka tugas sebagai pemimpin tidak akan dipikul sendiri. Tuhan turut juga terlibat dalam melaksanakan tugas itu. Keterlibatan Tuhan membuat segala sesuatu menjadi tidak mustahil.