A+ A A-

  • Dilihat: 4220

"BAIT ALLAH YANG SEHAT"

HARI MINGGU XXVI SESUDAH PENTAKOSTA

Apa perlunya mengembangkan pola hidup sehat? Bukankah tubuh ini kondisinya memang akan terus merosot dari waktu ke waktu? Kenapa kita tidak menikmati hidup ini sepuasnya, ”makan dan Minum, sebab besok kita mati” (1 Korintus 15 : 32)?

 

Hidup dan tubuh kita adalah karunia Tuhan, dan Tuhan menghendaki kita menjadi ”pengurus yang baik dari kasih karunia Allah” (1 Petrus 4 : 10). Hidup sehat ialah bagian dari tanggung jawab penatalayanan kita. Alkitab memberikan sejumlah perspektif yang melandasinya.

Tubuh kita adalah Bait Allah. Dalam Perjanjian Baru, Allah tidak lagi berdiam di dalam bait megah dari batu yang ditegakkan oleh tangan manusia. Roh Allah berdiam di dalam tubuh orang-orang percaya! Dia tidak lagi menunggu umat-Nya di dalam sebuah bangunan atau situs; Dia tinggal di dalam diri mereka dan menyertai mereka senantiasa. Hal ini menggentarkan, namun sekaligus mendatangkan penghiburan. Kita memperoleh ketenteraman karena selalu berada dalam penyertaan Tuhan. Tetapi, kita juga mendapatkan motivasi untuk hidup sepadan dengan kekudusan-Nya. Apakah perilaku kita memancarkan keberadaan Allah yang berdiam di dalam diri kita?

Mempersembahkan Tubuh. Pada awal Toma 12, Paulus mendorong orang percaya, berdasarkan kasih karunia Allah yang telah diuraikannya sepanjang Roma 1-11, agar mereka mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup. Sungguh menarik. Paulus menunjukkan bahwa ibadah yang sejati dimulai dari persembahan tubuh. Dari sini kita baru beranjak pada pembaruan pikiran dan pengenalan akan kehendak Allah yang sempurna.

Paulus mengacu pada korban persembahan pada Perjanjian Lama. Dahulu yang dipersembahkan ialah binatang berkualitas unggul dan terbaik. Hidup sehat membantu kita untuk mempersembahkan persembahan yang unggul dan terbaik tersebut.

Tubuh juga mewakili seluruh aktivitas keseharian kita. Menurut parafrase Alkitab versi The Message, Roma 12:1 berbunyi demikian “Bawalah kehidupan sehari-harimu, yakni tidur, makan, pergi bekerja, dan berjalan-jalan, dan letakkan itu dihadapan Allah sebagai sebuah persembahan.”

Mengasihi Tuhan dengan Segenap Kekuatan. Ya, Tuhan menginginkan persembahan seluruh hidup kita. Dia memerintahkan kita untuk mengasihi-Nya bukan hanya dengan segenap hati dan dengan segenap akal budi, tetapi juga dengan segenap kekuatan. Artinya, dengan segenap potensi terbaik yang ada pada tubuh kita. Artinya, dengan segenap potensi terbaik yang ada pada tubuh kita. Hidup sehat menolong kita menjaga kekuatan tubuh seprima mungkin untuk melayani Dia.

Jadi, kita mengembangkan pola hidup sehat bukan untuk memuaskan tubuh dan hawa nafsunya, melainkan supaya kita bisa mempersembahkan persembahan yang terbaik bagi Allah yang kita kasihi.

Dalam satu kesempatan, saya bertemu seorang warga GPIB Jemaat ’Gloria’ Bekasi yang bekerja pada lembaga pelatihan sumber daya manusia. Saya mengenal beliau sebelumnya dalam satu kegiatan pelatihan mentor dan vikaris di Malang tahun 2012. Beliau mengatakan bahwa lembaganya dipercayakan menangani konseling bagi pegawai KPK di Jakarta. Kepercayaan itu diperoleh dengan syarat ketat, termasuk rekam jejak lembaga mereka. Lembaga yang terindikasi korupsi mustahil dilibatkan KPK dalam menangani SDM-nya.